UberJEK tawarkan peluang waralaba
Bona Espero,
26 November 2015
CEO Sekaligus Founder UberJEK Aris Wahyudi mengatakan peluncuran program franchise tersebut untuk mengajak pengusaha di kota-kota besar di seluruh Indonesia untuk menjalin kemitraan dalam usaha Ojek Daring/Online.
"Dengan kerjasama ini, maka para mitra dapat memulai bisnis Ojek Daring tanpa harus repot untuk membuat software aplikasi berbasis Andoid dan iOS, karena semua sudah disediakan oleh UberJEK. Mitra tinggal menerapkan konsep bisnis dan manajemen UberJEK, sehingga kemungkinan gagal/rugi akibat proses uji coba (try & error) dapat dihindari, ”ujar Aris di Jakarta, baru-baru ini.
"Yang perlu dilakukan oleh para mitra hanyalah menyediakan kantor perwakilan UberJEK di kota yang bersangkutan, serta menyediakan dana investasi sebesar Rp. 500 juta. Dana investasi ini digunakan untuk memperoleh hak merek dagang UberJEK selama 3 tahun, software aplikasi Android dan iOS, SOP (Standard Operating Procedure) proses bisnis, dukungan marketing, sampai pelatihan karyawan,”terangnya.
Aris optimistis akan banyak mitra yang tertarik untuk bergabung, hal ini disebabkan proyeksi BEP (Break Even Point) atau balik modal akan dicapai hanya dalam waktu 3 bulan saja. Optimisme ini didukung oleh model bisnis Uberjek yang skalabilitas-nya bersifat eksponensial, berbeda dengan franchise bisnis konvensional yang bersifat linier.
Skalabilitas eksponensial adalah peningkatan omset yang sangat besar walau hanya dilakukan penambahan kecil pada program kerja, sedangkan skalabilitas linier adalah penambahan omset yang diperoleh hanya seimbang dengan besarnya penambahan program kerja.
Dalam meluncurkan program franchise ini, UberJEK menerapkan sistim bagi hasil dengan mitra senilai 50:50 dari pemasukan yang didapat. Mengingat bagi hasil antara UberJEK dengan rider sebesar 20:80, maka berarti baik UberJEK maupun mitra, masing-masing akan mendapatkan pemasukan sebesar 10% dari total omset.
Aris menerangkan kelebihan lain dari franchise UberJEK dibanding franchise konvensional (seperti kuliner, toko swalayan, dan lain-lain) adalah dalam “kemudahan operasional”. Apabila franchise konvensional mengharuskan mitra (franchisee) menjalankan tugas mengelola dan/atau mengolah bahan baku, maka mitra UberJEK tidak perlu melakukan hal itu, karena semua proses dilakukan oleh kantor pusat UberJEk (sebagai franchisor).
Franchise biasanya sering diharuskan menyetor royalty ke pemberi franchise (franchisor), namun dalam kerjasama ini, justru UberJEK yang akan memberikan setoran dana hasil usaha kepada mitra.
“Dengan begitu, resiko bagi mitra bisa diminimalisir, karena tidak ada stocking maupun pembayaran, karena semua ditangani UberJEK pusat. Sistim bisnis UberJEK yang berbasis teknologi telah membuat kemudahan dan keamanan bagi mitra (franchisee),”jelasnya.
Sedangkan di pasar international, UberJEK menerapkan biaya investasi sebesar USD 100.000,- (seratus ribu dolar Amerika Serikat). Sama seperti di tingkat nasional, maka kemitraan UberJEK juga berbasis perkotaan, jadi nanti hasil kerjasama tidak berbentuk UberJEK-Malaysia atau UberJEK-Inggris, tapi akan bernama UberJEK-Kuala Lumpur, UberJEK-London, dan UberJEK-New York.
“Biaya investasi yang hanya USD 100.000, membuat kami yakin akan banyak pebisnis dan organisasi sepeda motor di luar negeri yang akan menjalin kemitraan dengan UberJEK. Hal ini tentu saja merupakan kebanggan bagi seluruh bangsa Indonesia, karena perusahaan dalam negeri mampu Berjaya di dunia internasional.”
COPYRIGHT © Otolovers.com 2015